Image by FlamingText.com
Image by FlamingText.com

Rabu, 29 September 2010

Cintailah Aku

Cintailah aku...........

Seperti fajar mencintai senja

Tetap indah walau duka menyelimuti,

Cintailah aku...........

Seperti siang mencintai malam
Tak terganti walau suit angin menebar
kegelisahan,

Cintailah aku...........

Seperti laut mencintai pasir

Selalu bersama walau deru ombak
menyerak,

Cintailah aku...........

Seperti bumi mencintai langit

Tetap agung walau terjang badai
menghempas,

Cintailah aku...........

Seperti bulan mencintai bintang

Kan terus benderang walau jauh di
sana,

Cintailah aku....

Cintailah aku....

Cintailah aku....

Jatuh Cinta

Malam merampas siangku

Kala aku berusaha menerjemahkan

Seulas lukisan di permukaan air

Sebuah likuk yang menghadirkan,

Tanya di hati........



Lalu siang merampas malamku

Kala aku berusaha menerjemahkan

Seraut wajah di bawah purnama

Seuak wajah yang menghadirkan,

Desir di hati.........

Derai Rindu

Di ujung senja itu

Tika riak ombak saling kejar,

Pecah dan kepingan buih
menghambur

Sedang lekuk angin kian
kentara.



Senyap perlahan menderap

Membawa bayang bayang
kenangan

Yang berkelabat di jemari jiwa

Dan satu kata terpatri

Dalam liang hati

Mendendang seutas nama

Yang hadirkan sekuntum rindu



Rindu yang berderai derai

Bergejolak manja

Menggoda rasa untuk lekas
menemu

Ah !

Getar Getar Terhenti

Dan ketika getar getar itu terhenti

Dan seulas wajah kian memudar

Aku termangu;


Siluet senja merambat perlahan

Menguak pintu malam yang kelam

Memburatkan selempang warna

Yang memadu, satu, bersama

Dan cawan keindahan pecah

Di dinding horison.



Tika malam telah tua

Dan mimpi ku nanti nanti

Mimpi akan wajahmu, hatimu yang
damai

Seakan di jamah lumpur lumpur

Kotor, keruh dan hitam

Aku sesat, jauh



Dan . . . . .

Tiba pada satu padang

Yang tumbuh bebungaan bahagia,
damai,

Pelipur jiwa lemah,

Pemberi jiwa tentram,

Di satu titik

Ku temu hati yang lain . . . . . . !

Helai Helai Purnama

Dalam belaian tangan tangan sunyi

Kala jiwa telah rebah terkulai

Meraih getaran getaran lalu yang
lumpuh

Mencoba menjamah wajah hatimu



Berilah, walau setangkai rose dalam
gelasku

Sudah cukup untuk menyerbuki
pertamanan hatiku ......

Untuk satu kata yang lahir mekar
semerbak

Dalam hati yang lepuh.



Sesaat, kukan biarkan jantung
malam jeda berdenyut,

Kemudian melangkahkan seogok
hati .....

Pada cangkir malam yang kelam;
kental.



Marilah, kita duduk di bawah
dekapan malam

Bersama-sama

Mencecap rasa demi rasa

Mengurai kata demi kata

Merajut kisah dalam dada

Lalu kita menuliskannya

Pada helai helai purnama .....

Cintaku di Pangkuan Malam

Jiwaku terbirit

Kala hujan air mata menitik

Di ubun ubun malam

Serpih serpih rindu

Bergejolak dalam lara yang
kelabu.


Malam yang kelam

Dedaunan mulai rapuh
menunggu

Angin mulai mengeluh dalam
diam;

Diantara reruntuhan hati.


Segala....

Seluruh....


Rembulan kesakitan di angkasa

Peluru peluru pilu

Menggigit cercahnya yang
temaram

Dan.....

Bebintangan menjerit kaku

Duh, cintaku

Cintaku di pangkuan malam

Menunggu derap yang pudar

Bersama senja yang meluruh

Bersama hari, bersama hati.


"aku di pangkuan malam !!
Kemarilah, bawa aku ke
dermaga hatimu"


Sepi mengentali rasaku.....

Sekeping demi sekeping; hatiku

Perlahan meleleh di bawah

Dekapan malam

Senin, 27 September 2010

Sajak Perempuan

Suatu senja di musim semi;

Saat langit kian bergelora.




Kata katamu masih kental

Luka pun masih beku; enggan mencair



Tika kau benamkan jemarimu

Dalam telapak telapak tanganku

Adakah kau tahu pijar rasaku ?

Denyut denyut bahagia meningkat

Darahku desir mendesir, dingin.


Lalu ....

Kala angin berembus perlahan

Menerbangkan katamu.

Tiba tiba kurasakan mataku panas

Dinding rasaku porak poranda

Mengelupas seketika


"Tak sedikitkah kau mengerti perasaanku ?"


Seumpama bahagiaku, kau pun berlalu

Segaris tubuh nun jauh di sana;

Di ujung jalan itu

Kini retak di lensaku.