Dan ketika getar getar itu terhenti
Dan seulas wajah kian memudar
Aku termangu;
Siluet senja merambat perlahan
Menguak pintu malam yang kelam
Memburatkan selempang warna
Yang memadu, satu, bersama
Dan cawan keindahan pecah
Di dinding horison.
Tika malam telah tua
Dan mimpi ku nanti nanti
Mimpi akan wajahmu, hatimu yang
damai
Seakan di jamah lumpur lumpur
Kotor, keruh dan hitam
Aku sesat, jauh
Dan . . . . .
Tiba pada satu padang
Yang tumbuh bebungaan bahagia,
damai,
Pelipur jiwa lemah,
Pemberi jiwa tentram,
Di satu titik
Ku temu hati yang lain . . . . . . !
Tidak ada komentar:
Posting Komentar